Boyolali — Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Program yang Bermutu dengan tema Sufi Healing sebagai Strategi Penanganan Terhadap Permasalahan Kesehatan dilaksanakan oleh Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi Jurusan Psikologi dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2022 bertempat di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Mustofa Ngeboran Boyolali.

Tema khusus yang diangkat adalah tentang manfaat tari sufi sebagai salah satu metode psikoterapi berbasis seni. Pemilihan materi berupa tari sufi secara khusus disebabkan karena tiga hal. Pertama adalah bahwa tari sufi adalah bagian dari sufi healing yang mulai diminati kalangan tertentu. Kedua, tari sufi seolah sudah menjadi minat masyarakat secara luas sehingga masyarakat tertarik untuk mempelajari. Ketiga, tari sufi dianggap sebagai representasi pesan agama yang dituangkan dalam format seni gerak berupa tari.

Materi yang disampaikan secara santai dan komunikatif memancing antusiasme audiens yang berasal dari kalangan mahasantri. Selain itu, pengabdian tersebut juga menampilkan tari sufi yang dibawakan oleh mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi UIN Raden Mas Said Surakarta, yaitu Dicka Rahma Dwi dan Hellenna Kartika Sari. Materi yang disampaikan oleh Siti Fathonah, M.A., salah satu dosen program studi Taswuf dan Psikoterapi direspons dengan 8 pertanyaan eksploratif mahasantri. Berbicara mengenai tari sufi, banyak yang mempertanyakan mengapa gerakannya berputar-putar? Apakah tidak pusing? Lalu apa saja manfaat melakukan tari sufi? Dan apa filosofinya?

Beberapa pertanyaan tersebut, dibahas langsung oleh pemateri dan praktisi yang sebelumnya menampilkan tari sufi. Tari sufi atau yang juga dikenal dengan istilah whiring dervishes adalah sebuah bentuk dari Sama atau meditasi aktif secara fisik yang berasal dari kalangan sufi. Karena bagian dari meditasi, sehingga tidak heran para penari sufi bisa berputar-putar dalam waktu yang lama tanpa harus merasa pusing. Tari sufi kerap disebut sebagai tarian pengingat kematian, karena filosofi atribut hingga gerakan yang menyimbolkan kematian. Bukan sekedar menari saja, selama melakukan gerakan berputar penari terus berzikir. Kunci agar tidak pusing adalah ketenangan dan fokus. 

Filosofi tarian sufi adalah suatu kerinduan seorang murid (Jalaluddin Rumi) terhadap gurunya (Syams-e Tabriz). Sebelum berpisah dalam perjumpaan Rumi dengan Syams menjadi titik balik kehidupan spiritual Rumi yang eksentrik. Syam adalah sufi yang tak jarang berpenampilan lusuh seperti gelandangan dan tidak terpelajar. Namun dalam pandangan Rumi setelah ia berdiskusi dengannya ia menemukan hal-hal spesial dari diri Syam dan terbawa hanyut dalam mabuk cinta terhadap Alloh dengan alunan melodi cinta dari Syam. Kesedihan Rumi semakin menjadi. Untuk mengobati rasa rindunya pada sahabat mistisnya tersebut, Rumi menari darwish/tari sufi yang disertai gubahan-gubahan syair mistis cinta yang menakjubkan.

Pakaian yang digunakan dalam tarian sufi disebut tenur. Manfaat utama menari sufi adalah untuk menghubungkan tubuh dan jiwa. Adapun makna di setiap gerakan tari sufi diantaranya:

  1. Menundukkan kepala seperti ruku sebelum menari, sebagai bentuk penghormatan
  2. Menginjak jempol kaki kiri dengan kaki kanan, bermakna untuk menekan hawa nafsu dan keduniawian
  3. Berputar ke kiri, bermakna menghindari hal-hal yang bersifat dunia, seperti halnya melakukan tawaf bagi umat muslim.
  4. Mengangkat tangan kanan menghadap atas, bermakna menerima karunia dan hidayah dari Allah SWT.
  5. Mengangkat tangan kiri menghadap ke bawah, bermakna menyebarkan hidayah
  6. Melantunkan dzikir, bermakna selalu ingat Allah dan selalu memohon kepada-Nya

Pelaku tari Sufi menjadikan tari sufi sebagai meditasi secara mental dan fisik, seperti pengalaman praktisi. Ketika ia menari hadir ketenangan dan memberikan dampak bugar pada tubuhnya. Hellena, mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi yang menari sufi, sebelum menjadi praktisi tari sufi, ia mempunyai riwayat darah rendah. Lalu ia terjun di dunia tari sufi yang perlahan membuatnya normal dalam kesehatannya. Dalam hal tersebut menjadi suatu yang nyata bahwa dampak dari menari sufi memberikan kesehatan dan detoks dengan syarat disertai keyakinan. Semua orang dapat melakukan tari sufi asalkan ia yakin dan tenang maka metode sufi healing dapat membantu meditasi menuju kebugaran jasmani dan rohani.

(Foto dan Red: Siti Fathonah)

By admintp

Laman Resmi Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *