Sukoharjo — Pandemi Covid-19 masih belum berakhir meski sudah berlangsung sejak awal tahun 2020 di Indonesia. Kondisi tersebut mendorong pemerintah Indonesia untuk menciptakan berbagai kebijakan demi menekan laju penularan Covid-19, salah satunya dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB menyasar ke berbagai segmentasi masyarakat dengan berbagai latar belakang, salah satunya segmentasi kelompok beragama seperti kelompok tarekat. Lalu, bagaimana peran tarekat dalam mendukung kebijakan PSBB? Pertanyaan tersebut mendorong Icha Alfatihah, mahasiswa program studi Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta untuk menelitinya.
Icha melakukan penelitian terhadap tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah di Grobogan. Di bawah bimbingan Supriyanto, S.Ud., M.Ud., Icha berhasil menyelesaikan penelitian skripsinya dengan melahirkan beberapa temuan. Pertama, seperti halnya tarekat yang lain, tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah di Grobogan memiliki amalan yang kemudian disebut dengan suluk. Salah satu suluk tersebut dilakukan dengan berzikir sebanyak 11.000 kali. Ketika pengikut tarekat akan melakukan suluk, maka terdapat beberapa pantangan, misalkan diharuskan untuk menyendiri. Kedua, pantangan pengikut tarekat ketika melakukan suluk dalam bentuk menyendiri dianggap mendukung kebijakan PSBB yang diterapkan oleh pemerintah. Dengan demikian, tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah di Grobogan dianggap mampu menjadi kekuatan sosial keagamaan yang berperan dalam penanggulangan pandemi Covid-19. Penelitian tersebut berhasil dipertahankan di depan dewan penguji Dr. Nurisman, M.Ag. dan Siti Fathonah, M.A. pada tanggal 16 Agustus 2021 sehingga Icha menjadi lulusan program studi Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta yang kesebelas.
(Red: Ahmad Saifuddin – Sekretaris Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi IAIN Surakarta)