Sukoharjo — Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya, termasuk memiliki banyak kepercayaan. Salah satu kepercayaan tersebut adalah Paguyuban Ngesti Tunggal atau yang sering disingkat dengan Pangestu. Pendiri dari Pangestu tersebut adalah R. Soenarto Mertowardojo. Sebagai salah satu kepercayaan yang ada di Indonesia, Pangestu dianggap memiliki nilai-nilai yang tidak jauh berbeda dengan agama-agama di dunia, salah satunya adalah agama Islam. Dalam kitab Sasangka Jati dan bagian Hasta Sila, terdapat laku-laku yang harus ditempuh oleh individu untuk mencapai ketenangan hidup. Laku-laku ini memiliki kemiripan dengan konsep riyadlah dalam tasawuf.
Kemiripan-kemiripan antara Pangestu dengan Islam tersebut mendorong Anita Mei Wijayanti, seorang mahasiswi program studi Tasawuf dan Psikoterapi angkatan 2017 meneliti nilai zuhud di dalam ajaran Pangestu. Penelitian tersebut dilakukan di bawah bimbingan Prof. Dr. KH. Syamsul Bakri, M.Ag. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa di dalam Kitab Sasangka Jati bagian Hasta Sila terdapat nilai-nilai zuhud. Pangestu mengajarkan bahwa kaya harta ataupun miskin harta tidak menjadi ukuran kebahagiaan hidup. Adapun kebahagiaan hidup diperoleh dengan sikap humanis dan religius. Selain itu, Anita juga menjelaskan tentang relevansi konsep nilai-nilai ajaran Pangestu tersebut untuk mengatasi permasalahan modernitas, sehingga membantu individu mencapai kebahagiaan jiwa.
Penelitian tersebut berhasil dipertahankan di depan dewan penguji, yaitu Supriyanto, M.Ud., dan Siti Fathonah, M.A., pada Senin 15 November 2021. Keberhasilannya tersebut menyebabkan Anita menjadi lulusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta kelimabelas dan berhak menyandang gelar Sarjana Agama di bidang tasawuf dan psikoterapi.
(Foto: www.pangestu.or.id, Red: Ahmad Saifuddin)