Seminar Nasional “Integrasi Tasawuf dan Psikologi dalam Menghadapi Problematika Psikososial” di selenggarakan di gedung Fakultas Adab dan Bahasa lantai 4 pada tanggal 21 November 2019. Acara yang diselenggarakan oleh HMJ Tasawuf dan Psikoterapi ini bertujuan untuk merespon kondisi global melalui paradigma spiritual sufistik, mengintegrasikan keilmuan Tasawuf dan psikologi dalam mengatasi problem psikososial. Dihadiri oleh 250 peserta dari berbagai instansi, Wakil Dekan III FUD, dosen FUD dan pemateri. Pemateri seminar nasional kali ini adalah seorang pendiri Tasawuf Underground Jakarta, yakni Ustad Halim Ambiya dan dosen FUD yakni Ahmad Saifuddin, M.Psi. Psikolog. Tidak lupa pula Ustad Halim Ambiya membawa ketujuh anak binanya dari Jakarta untuk mengikuti seminar nasional. Acara diawali oleh penampilan tari sufi dari kotamasa’i (Komunitas Tari Sufi Mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi) dan tim hadroh dari Pondok Pesantren Darussalam.
Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan III FUD, Dr. Kholilurrohman, M. Ag, beliau mewakili Dekan FUD yang berhalangan hadir. Selanjutnya tibalah pada acara inti yakni seminar nasional Integrasi Tasawuf dan Psikologi dalam Menghadapi Problematika sosial yang di moderatori oleh Siti Fathonah, MA salah satu dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah. Materi pertama disampaikan oleh Ahmad Saifuddin M.Psi. Psikolog.
Secara garis besar pemaparan pemateri pertama mengenai integrasi tasawuf dan psikologi adalah bahwa, tasawuf dan psikologi sebenarnya memiliki objek kajian yang sama yaitu kejiwaan manusia. Hanya saja, keduanya berkembang dengan cara dan metode yang berbeda. Keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tasawuf terkesan melangit dan sulit untuk disentuh. Contoh konkret dari integrasi Tasawuf dan Psikologi adalah sabar. Dalam tasawuf kita di ajarkan untuk bersabar. Namun, tidak di ajarkan bagaimana untuk bersabar. Untuk itulah psikologi masuk untuk mengoperasikannya. Contoh integrasi yang lain seperti yang dilakukan Tasawuf underground, yang menerapkan prinsip menghindari prejudice/prasangka. Tasawuf underground juga mengajarkan Isam dan tasawuf dengan prinsip dukungan sosial. Dukungan sosial ini merupakan komponen penting bagi seseorang untuk dapat mengubah diri dan kemudian membentuk kekuatan komunitas. Integrasi ini sangat perlu dilakukan, supaya kita dapat mengajak seseorang kepada kebaikan. Integrasi dalam masalah psikososial adalah berdakwah dengan cara memanusiakan manusia, berdakwah tanpa penghakiman, mengajak beragama dengan menerima tanpa syarat, dan mengoperasionalkan konsep-konsep agama sehingga mudah dipahami dan dipraktikan.
Beberapa hal penting telah dipaparkan oleh pemateri pertama. Sebelum dilanjutkan ke pemateri yang kedua ada sesi istirahat. Sesi istirahat ini sekaligus menampilkan aksi anak jalanan tasawuf underground yakni anak binaan dari ustad Halim Ambiya. Mereka menampilkan musik akustik dengan lagu bernuansa religi, dan di iringi pula oleh penari sufi dari kotamasa’i.
Ustad Halim Ambiya mempunyai keinginan bahwa agama Islam dapat dirasakan oleh semua orang termasuk anak punk. Beliau menyayangkan, masjid yang seharusnya terbuka untuk umum dan dinikmati bersama malah menutup diri dan melarang anak-anak punk untuk masuk ke dalam. Ada banyak faktor anak-anak berada dijalanan yaitu seperti broken home, masalah financial, kenakalan remaja, narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Seharusnya mereka di rangkul dan dibina bukan malah di telantarkan dan dilarang masuk masjid. Apabila mereka dilarang di masjid maka tidak heran anak-anak lari ke jalanan atau ke pom bensin untuk sekedar beristirahat. Justru pom bensin terbuka untuk umum daripada masjid yang di tutup oleh kelompok-kelompok tertentu. Berkaitann dengan hal ini ustad Halim Ambiya masuk ke kehidupan mereka, menggunakan jurus sok kenal sok dekat supaya dekat dngan anak-anak jalanan dan mengarahkan mereka kepada jalan kebaikan. Hal ini terus dijalani oleh beliau dengan menggunakan nilai-nilai tasawuf. Tasawuf adalah perihal qalbu, jadi yang disentuh adalah qalbunya untuk menyadarkannya. Cara-cara yang beliau lakukan adalah memposisikan dirinya sebagai ayah, guru dan sahabat bagi mereka. Dengan menggunakan prinsip love is friendship ini kemudian mereka diberikan pengenalan dzikir. Selain itu, terdapat proses inabah pula seperti dzikir dan sholat (Talqin zikir dari mursyid). Kedua, hidroterapi yaitu mandi, wudhu dan thaharah. Ketiga, pembekalan hikmah tasawuf. Setelah melakukan hal-hal ini, maka anak-anak punk dapat menemukan jalan pulang yaitu kesadaran rohani. Kesadaran rohani ini dapat menumbuhkan pula kesadaran mental.
Acara selesai tepat pada pukul 13.00 WIB. Sebelum acara ditutup ada hadiah buku bagi para penanya dan pemberian kenang-an kepada kedua pemateri dan moderator kemudian berfoto bersama.