Sukoharjo — Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta mengadakan seminar nasional dengan tema “Tasawuf Sebagai Aktualisasi Diri” pada Senin (14/03) bertempat di ruang mini teater gedung Pusat Pengembangan Bahasa (P2B) UIN Raden Mas Said Surakarta.

Hadir dalam kesempatan tersebut adalah Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said, Dr. Islah, M.Ag. beserta jajarannya; Ketua Jurusan Psikologi dan Psikoterapi, Dr. Retno Pangestuti, M.Psi., Psikolog dan Sekretaris Jurusan Psikologi dan Psikoterapi, Supriyanto, M.Ud.; Koordinator Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi UIN Raden Mas Said Surakarta, Ahmad Saifuddin, M.Psi., Psikolog; dan para dosen Tasawuf dan Psikoterapi UIN Raden Mas Said. Narasumber dalam seminar nasional tersebut Prof. Drs. Subandi, M.A., Ph.D., Psikolog (dewan pakar Pengurus Pusat Asosiasi Psikologi Islam serta guru besar psikologi UGM) dan Naufil Istikhari, S.Psi. (peneliti kajian psikologi dan keislaman, serta mahasiswa S2 Magister Psikologi UGM). Seminar tersebut diikuti oleh 100 peserta dari berbagai program studi.

Dr. Islah, M.Ag. dalam sambutannya menyampaikan bahwa kemajuan teknologi menyebabkan tingkat kompetisi yang semakin tinggi. Kondisi demikian mengakibatkan kondisi kejiwaan dan spiritual menjadi terganggu. Pada titik ini, tasawuf memiliki peran penting untuk mengembalikan dan mencapai kesehatan kejiwaan individu. Selain itu, Dr. Islah, M.Ag. juga menekankan bahwa peran tasawuf juga ada di bidang lain, misalkan peran dalam upaya mencapai kemerdekaan di Indonesia.

Naufil Istikhari, S.Psi. di awal pemaparannya menyampaikan tentang esensi tasawuf. Naufil menganggap bahwa pada dasarnya tasawuf sudah diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW, misalkan bersikap zuhud dan tawakal. Namun, secara istilah, tasawuf yang kemudian berkembang menjadi tarekat baru dikenal di abad ke-2 Hijriyah. Naufil juga menyampaikan tentang penyebab tasawuf dianggap sebagai faktor kemunduran Islam. Tokoh yang paling dipersalahkan adalah Imam Al-Ghazali. Di sisi lain, Naufil kemudian menyampaikan pendapat para ahli bahwa penyebab kemunduran Islam bukan disebabkan faktor tunggal tasawuf. Terdapat faktor lain, misalkan aliansi antara ulama dan negara sehingga berdampak menurunnya perkembangan pengetahuan.

Prof. Drs. Subandi, M.A., Ph.D., Psikolog menyampaikan tentang dasar-dasar bertasawuf di awal pemaparannya. Kemudian, Subandi menjelaskan tentang konsep aktualisasi diri dan ciri-ciri aktualisasi diri. Subandi juga menjelaskan tentang detail terkait relasi antara aktualisasi diri dengan tasawuf. Tasawuf dianggap sebagai salah satu metode atau strategi yang dapat digunakan untuk mencapai aktualisasi diri. Hal ini disebabkan karena tasawuf mengajarkan tentang dorongan mengaktualisasikan setiap potensi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Praktik tasawuf ini bisa mendorong individu mencapai pengalaman puncak yang menjadi ciri dari aktualisasi diri.

Acara diakhiri dengan tanya dan jawab serta diskusi antara beberapa peserta dengan para narasumber. Acara seminar nasional ini diharapkan dapat meluruskan persepsi masyarakat dan mahasiswa bahwa tasawuf sering disalahpahami sehingga menyebabkan praktik yang kurang tepat. Praktik semacam ini yang kemudian dianggap sebagai faktor kemunduran. Padahal, tasawuf mengajarkan untuk mengerahkan potensi dalam mendekati Tuhan yang kemudian juga berdampak pada aktualisasi diri.

(Foto dan Red: Ahmad Saifuddin)

By admintp

Laman Resmi Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *