Sukoharjo — Selasa (06/04) Himpunan Mahasiswa Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi (HMPS TP) Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta mengadakan Pengenalan Tari Sufi “Ngobras Part III”. Acara tersebut merupakan acara rutin yang diselenggarakan oleh HMPS TP dan merupakan awal dari serangkaian pelatihan tari sufi yang akan rutin dilakukan selanjutnya. Acara diadakan di Gedung C Kampus IAIN Surakarta dengan peserta terbatas. Walaupun demikian, acara tetap dapat disaksikan oleh seluruh mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi dengan melihat siaran langsung di media sosial HMPS TP, misalkan Instagram. Pada dasarnya, latihan tari sufi pernah menjadi kegiatan rutin yang didampingi oleh Kotamasai (Komunitas Tari Sufi Mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi) di bawah naungan HMPS TP. Akan tetapi, latihan tersebut terkendala ketika Covid-19 mewabah.
Ahmad Saifuddin, M.Psi., Psikolog selaku Sekertaris Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta hadir dalam acara tersebut. Beliau berharap tari sufi ini dapat kembali hidup di lingkup Tasawuf dan Psikoterapi dan dapat dijadikan sebagai ciri khas untuk program studi Tasawuf dan Psikoterapi IAIN Surakarta. Oleh karena itu, Ahmad Saifuddin, M.Psi., Psikolog mendorong mahasiswa untuk mengikuti tari sufi. Fian Rizkyan Surya Pambuka, S.Ag (Alumni Tasawuf dan Psikoterapi) dan Nitia Wahid Siti Syamsiyah (Mahasiswi Tasawuf dan Psikoterapi) ditunjuk sebagai pada pemateri pada acara kali ini. Fian merupakan alumni Tasawuf dan Psikoterapi yang meneliti tari sufi sebagai penyembuhan dengan metode tasawuf (sufi healing) ketika skripsi. Sedangkan, Nitia adalah mahasiswi Tasawuf dan Psikoterapi yang sudah sejak lama menggemari tari sufi dan mengembangkannya di lingkungan Tasawuf dan Psikoterapi bersama HMPS TP.
Secara singkat, awal mula tari sufi terinspirasi dari seorang bernama Mawlana Jalaluddin Rumi merindukan sosok gurunya yang telah meninggal dunia, Syekh Jalaluddin Rumi mulai menari sufi setelah berkhalwad kepada gurunya kurang lebih 3-4 bulan. Teknik gerakan tari sufi juga memiliki filosofi tersendiri . Sebelum memulai tarian, para penari sufi membungkukkan badan sebagai tanda memberi penghormatan kepada guru (seperti memvisualisasikan bahwa sosok guru tersebut hadir). Dalam sikap pertama tari sufi kedua tangan dalam posisi menyilang di depan dada, hal tersebut memiliki arti sebagai bentuk kepasrahan seorang hamba kepada Tuhan nya. Lalu, jempol kaki kanan yang bertumpu pada jempol kaki kiri di ibaratkan kita yang sedang menekan hawa nafsu diri. Selain itu, tari sufi juga memiliki proses sufi healing, yakni pada saat sebelum menari beberapa penari biasanya mengambil air wudu dan salat terlebih dahulu. Hal ini memiliki tujuan untuk melepaskan ketegangan-ketegangan yang ada. Di sisi lain, selama proses tari sufi, juga mengandung unsur terapeutik, misalkan katarsis, restrukturisasi kognitif, kepasrahan, dan pengaturan pernafasan. Oleh karena itu, tari sufi bisa menjadi salah satu bentuk dari penyembuhan metode tasawuf (sufi healing) sehingga bisa menyehatkan mental dan psikis serta mendekatkan diri kepada Tuhan.
(Foto dan Red: Departemen Kominfo HMPS TP 2021)