Sukoharjo – Rabu (12/08), program studi Tasawuf dan Psikoterapi mengadakan pembekalan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa. Tema pembekalan PPL tersebut adalah “Peran Tasawuf dan Psikoterapi Dalam Meningkatkan Kesehatan Mental dan Spiritual di Era Pandemi”. Pembekalan PPL dilaksanakan secara daring dari pukul 09.00 WIB sampai 12.00 WIB dan dihadiri oleh Ketua Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Supriyanto, S.Ud., M.Ud. dan para dosen program studi Tasawuf dan Psikoterapi. Mahasiswa yang akan menjalankan PPL adalah mahasiswa program studi Tasawuf dan Psikoterapi semester 7 atau angkatan 2017. Dalam sambutannya, Supriyanto, S.Ud., M.Ud. menyampaikan bahwa PPL adalah momentum bagi mahasiswa untuk mempraktikkan ilmu yang telah dipelajarinya selama enam semester. Selain itu, Supriyanto, S.Ud., M.Ud. juga menekankan kepada mahasiswa bahwa mahasiswa hendaknya selalu mematuhi protokol kesehatan.
Narasumber pembekalan PPL adalah Ahmad Saifuddin, M.Psi., Psikolog. Saifuddin menyampaikan bahwa PPL merupakan komponen wajib yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa. Bobotnya sebesar 4 SKS beserta KKL. Akibat pandemi Covid-19, maka PPL tidak dilaksanakan di lembaga atau institusi tertentu, namun dilaksanakan di lokasi yang ditinggali mahasiswa saat ini. Mahasiswa diminta mencari permasalahan gangguan mental atau spiritual yang terjadi di sekitarnya, terutama permasalahan dampak dari Covid-19. Setiap mahasiswa menganalisis satu individu dengan gangguan mental atau spiritual, kemudian mendiagnosis, memberikan psikoterapi, sampai mengadakan pengamatan tindak lanjut untuk mengamati konsistensi perubahan dan perbaikan pada diri individu.
Selanjutnya, Saifuddin menyampaikan bahwa PPL dilaksanakan dari tanggal 17 Agustus 2020 sampai dengan 26 September 2020. Selama PPL, mahasiswa dibimbing oleh dosen untuk menjaga ketepatan prosedur mahasiswa dalam menangani individu dan memberikan psikoterapi. Poin penting bagi mahasiswa adalah harus menegakkan etika dan profesionalitas, serta tidak diperkenankan melakukan intimidasi, eksploitasi, dan pelecehan. Dalam mendiagnosis, mahasiswa hendaknya bersikap cermat dan teliti terkait penggalian data. Selain itu, mahasiswa bisa berbekal PPDGJ, DSM, dan buku Psikologi Abnormal untuk membantu proses diagnosis dan dilakukan di bawah bimbingan dosen pembimbing. Dalam memberikan psikoterapi, mahasiswa hendaknya memilih teknik psikoterapi berdasarkan data yang komprehensif dan hasil diagnosis serta berdasarkan jurnal penelitian yang sudah membuktikan bahwa suatu teknik psikoterapi berhasil. Selain itu, sebagai mahasiswa program studi Tasawuf dan Psikoterapi, dapat mengintegrasikan tasawuf dengan psikoterapi sebagai ciri khas. Setelah psikoterapi selesai diberikan, maka mahasiswa wajib melakukan tindak lanjut untuk mengamati dan memastikan perubahan dan perbaikan perilaku individu bersifat konsisten. Beberapa mata kuliah yang bisa menjadi bekal berharga untuk menjalankan PPL adalah Psikologi Abnormal, Pengukuran Psikologis, Konseling dan Psikoterapi, dan Sufi Healing. Terakhir, Saifuddin menyampaikan bahwa kunci keberhasilan PPL adalah kemampuan mahasiswa dalam memanajemen waktu, kekuatan, dan pikiran, serta keterampilan mahasiswa dalam bidang tasawuf dan psikoterapi. (AS)